Wamenkeu Dituding Muluskan Hambalang
BUANA KALIMANTAN
Jakarta - Meski
relatif lamban dibanding kasus lain, dugaan korupsi megaproyek Hambalang terus
bergerak. Wakil Menteri Keuangan, Anny
Ratnawati, disebut terlibat dalam pusaran kasus korupsi proyek pembangunan
kompleks olahraga nasional di Bukit Hambalang, Bogor, Jawa Barat itu. Mantan
Direktur Jenderal Anggaran itu diduga berperan memuluskan pengajuan anggaran
proyek.
“Semua pihak pasti akan ditelusuri,” ujar Juru Bicara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Johan Budi singkat, Senin (15/7).
Berdasarkan
penelusuran dikutip majalah tempo pekan ini, keterlibatan Anny dimulai dari
pengajuan kontrak tahun jamak oleh Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga,
Wafid Muharram, kepada Kementerian Keuangan pada 28 Juni 2010.
Wafid
menulis konstruksi Hambalang membutuhkan biaya Rp 2,57 triliun. Surat Wafid itu
dibalas oleh Direktur Jenderal Anggaran Anny Ratnawati pada 13 Juli.
Kementerian Olahraga diminta melengkapi rekomendasi kelayakan kontrak tahun jamak
dari Kementerian Pekerjaan Umum.
Pada
16 November 2010, Wafid meminta dispensasi batas waktu revisi pengajuan
anggaran Hambalang. Semestinya revisi diajukan sebelum 15 Oktober. Surat itu
tak melampirkan dokumen analisis komponen biaya proyek Hambalang. Pada 22
November, Wafid meminta analisis biaya dari Kementerian Pekerjaan Umum.
Berlarut-larutnya
proses pengajuan anggaran ini telah diantisipasi oleh Wafid. Lima bulan
sebelumnya, ia meminta Lisa Lukitawati Isa, pengusaha peralatan olahraga yang
menjadi anggota tim perencana Hambalang, mengundang empat orang tamu.
Keempatnya
adalah Direktur PT Methapora Solusi Global Muhammad Arifin, staf pemasaran PT Adhi Karya Ida Bagus, Arif “Gundul”, dan
Widodo Wisnu Sayoko. Dua nama terakhir diyakini memiliki jaringan ke Cikeas.
Pada awal Juni 2010, kelima orang ini berkumpul di Senayan Cafe, Hotel Atlet Century Park.
Wafid
sadar, persetujuan kontrak tahun jamak dari Kementerian Keuangan belum tentu
cepat keluar. Ia pun menggunakan jalur belakang. “Itu gampang. Nanti bisa lewat
Ani Kecil (Anny Ratnawati),” kata Arif seperti ditirukan sumber.
Arif
dan Widodo optimistis persetujuan kontrak bisa lekas turun karena mengenal
Sylvia Sholehah alias Ibu Pur. Perempuan paruh baya itu disebut sebagai orang
dekat Ibu Negara, Ani Yudhoyono.
Anny,
ketika dicegat di Kompleks Parlemen, Senayan, bungkam ketika ditanyai soal
Sylvia. Soal kontrak tahun jamak, dalam sejumlah kesempatan, Anny mengatakan
terbitnya persetujuan sudah sesuai dengan prosedur.
Kediaman
Sylvia di perumahan Monte Carlo, Pakuan, Bogor pun tampak lengang. Namun,
seorang penjaga mengatakan penghuni rumah jarang pulang. "Kosong, tidak
ada orang. Sudah dua hari tidak pulang," kata dia.
Anny
sendiri sekitar dua kali telah dimintai keterangan oleh KPK. Seusai diperiksa
tahun lalu, Anny mengatakan bahwa tanggung jawab operasional anggaran Hambalang
ada di tangan kementerian/lembaga, dalam hal ini Kementerian Pemuda dan
Olahraga. Menurut dia, Kemenpora selaku pengguna anggaran bertugas merancang
anggaran, membuat dokumen pelaksanaan, melaksanakan anggaran, dan membuat
laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tersebut.
Sementara
itu, Kemenkeu, lanjutnya, hanya bertanggung jawab secara administratif.
Kemenkeu, lanjut Anny, hanya merencanakan dan memastikan dokumen anggaran yang
diajukan Kemenpora tersebut. Namun saat itu Anny enggan mengungkapkan kepada
media mengenai penyetujuan kontrak tahun
jamak yang disebut Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) melanggar peraturan
perundangan tersebut.
Dalam
laporan audit investigasinya, BPK menyebutkan kalau kontrak tahun jamak
tersebut melanggar peraturan perundangan. Menurut BPK, Menteri Keuangan
menyetujui kontrak tahun jamak dan Dirjen Anggaran menyelesaikan proses
persetujuan kontrak tahun jamak setelah melalui proses penelaahan secara
berjenjang secara bersama-sama. Padahal, kontrak tahun jamak itu diduga
melanggar PMK No 56/PMK.02/2010. Pelanggaran itu, antara lain, tidak seluruh
unit bangunan yang hendak dibangun secara teknis harus dilaksanakan dalam waktu
lebih dari satu tahun anggaran.
Selain
itu, permohonan persetujuan kontrak tahun jamak tidak diajukan oleh menteri.
Terakhir, revisi RKA-KL Kemenpora 2010 yang menunjukkan kegiatan lebih dari
satu tahun anggaran belum ditandatangani oleh Dirjen Anggaran.
Misteri Sylvia dan Cikeas
Sylvia
Sholehah adalah salah satu nama saksi yang pernah diundang KPK untuk dimintai
keterangan ihwal perkara korupsi dana proyek sarana olahraga terpadu Hambalang,
Bogor, beberapa waktu lalu.
Namanya
tidak populer, tapi ia biasa dipanggil Bu Pur. Belakangan, ia diketahui sebagai
istri Purnomo, perwira kepolisian Akademi Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia lulusan tahun 1973.
Saat
diperiksa di KPK pada 28 Mei 2013, tak banyak yang mengenai sosok Sylvia. Orang
yang bisa disapa dengan panggilan "Ibu Pur" ini hanya bungkam saat
keluar dari ruang gedung KPK pada pukul 20.40. Ia menolak untuk menjawab
pertanyaan wartawan. Ia terus menutup mulutnya dengan sapu tangan, lalu
bergegas pergi menggunakan taksi.
Pada
hari yang sama, KPK juga meminta keterangan Widodo Wisnu Sayoko, seorang saksi
yang disebut-sebut masih kerabat Cikeas. Seusai pemeriksaan, ia berlari
menerobos kepungan wartawan. Ia berusaha mengelak dan berkata, "Bukan
(diperiksa), saya hanya mengantar Ibu (Ibu Pur)," katanya santun.
Ia
kemudian melewati jembatan penyeberangan di Jalan Rasuna Said, Jakarta Selatan,
tepat di depan gedung KPK. Lelaki itu lalu pergi menggunakan ojek. Juru bicara
komisi antikorupsi, Johan Budi S.P., menyatakan Sylvia dan Widodo "berasal
dari swasta.
Meski
mengelak, menurut sejumlah sumber, Sylvia dan Widodo bukan saksi biasa. Mereka
berperan banyak dalam perkara korupsi yang mengantarkan mantan Menteri Pemuda
dan Olahraga Andi Mallarangeng dan mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas
Urbaningrum menjadi tersangka itu.
Seorang
sumber menyebut mereka adalah orang Cikeas. Cikeas merujuk pada kediaman
pribadi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Puri Cikeas, Bogor.
Dalam
kaitan dengan kasus Hambalang, "sidik jari" kedua teman dekat Cikeas
ini terendus oleh penyidik KPK. Menurut seorang narasumber, Sylvia beberapa
kali berkunjung ke ruang kerja Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga Wafid
Muharam dan Kepala Biro Perencanaan Deddy Kusdinar.(MN/IK-SBYP)
Komentar
Posting Komentar