Georadar Teknologi Pemantau Gambut Bervaliditas Tinggi

Jakarta -  Luas lahan gambut Indonesia yang mencapai sekitar 17-21 juta hektar membutuhkan teknologi untuk memantaunya. Georadar untuk survei kedalaman gambut sangat direkomendasikan karena memiliki validitas tinggi, setiap 2,4 centimeter ada data yang direkap.

Tingginya cadangan karbon dalam lahan gambut memperlihatkaan potensi ekosistem ini sebagai penyumbang emisi gas rumah kaca di Indonesia.

Pakar georadar gambut dan perekayasa utama Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Agus Kristiyono mengatakan georadar untuk survei kedalaman gambut memiliki dua antena yakni pemancar dan penerima yang menghasilkan data.

"Resolusi alat ini paling halus dibanding peralatan geofisika lain yakni mencapai satuan milimeter. Alat ini pun setiap 2,4 cm dapat merekap data," katanya di sela Diskusi Penerapan Teknologi Georadar Dalam Mendukung Pengelolaan Hutan Lestari di Jakarta, Selasa (29/10).

Ketua Masyarakat Akunting Sumber Daya dan Lingkungan Bambang Setiadi mengungkapkan 30 tahun lalu banyak orang yang tidak berpikir karbon di dalam gambut dan hanya sekadar bagaimana mengolahnya.

Kemudian tahun 1997 kebakaran gambut besar terjadi dan peristiwa ini pun dipantau dunia, dari sinilah dimulai bisnis gambut.

"Pemantauan gambut butuh teknologi. Ini menjadi tantangan di Riau dan Kalimantan. Sebab subsiden di lahan gambut berlebihan bisa membuat wilayah ini seperti Nederland waktu dulu," ucapnya.

Georadar lanjut Agus memang memiliki keunggulan dibanding teknik bor. Georadar yang dipakai ini didatangkan dari Italia, namun tenaga pengukurnya adalah sumber daya manusia Indonesia. Harga satu set georadar pun mencapai Rp 1,5 miliar.

Sementara itu PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) sudah mengujicobakan teknologi ini di lahan industrinya bekerja sama dengan BPPT dan Himpunan Ilmu Tanah Indonesia 30 Agustus 2013 lalu.

Presiden Direktur PT RAPP Kusnan Rahmin mengakui georadar merupakan teknologi baru yang diujicoba di kawasan hutan tanaman industrinya.

"Gambut di Indonesia sangat luas sekali. RAPP sejak tahun 1990 menggunakan teknologi ekohidro buatan Belanda. Kemudian juga diujicobakan Li-Cor 8100 buatan Jepang yang bisa mengukur karbon, curah hujan, temperatur dan water level," paparnya.

Sedangkan untuk ujicoba georadar lanjutnya bisa diketahui akurasi dan kontur lahan gambut.(sp/bk)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

WARGA ADHYAKSA GREBEK OKNUM ANGOTA DPRD BANJARMASIN

PT. MBN Diduga Sebagai Penadah Batu Bara Ileggal

Perwira Polda Kalsel Bergeser