Figur Wali Kota Harus Terukur







*Suksesi Pilkada 2015 Kota Banjarmasin

 Banjarmasin,Kalsel
Sekretaris Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kalimantan Selatan Didi Gunawan  mengungkapkan figur Wali Kota ke depan terukur dengan kaidah ilmu dan norma yang berlaku di masyarakat. "Identik dengan kehidupan sungai harus dipertahankan. Itu bagian kehidupan menarik dan punya karakter," kata wartawan harian lokal ini dalam diskusi bertajuk ‘Mencari Manajer Kota di Banjarmasin’, Senin (6/10).
Figur wali kota yang memiliki pikiran itu, sambung Didi, sejujurnya ada, namun perlu keseriusan dan pengorbanan untuk pencariannya. "Kita tidak ingin pemimpin hanya menghadiri seremonial. Tetapi terpenting pemimpin turun ke masyarakat," tandas jurnalis senior ini, sekaligus membentuk civil society di Kota Banjarmasin.
Dia mencontohkan, RTH Kamboja harus menjadi lokasi hiburan rakyat, bukan untuk dijadikan mall untuk kepentingan tertentu.
Pemerhati Sosial Budaya Ipik Gandamana, mengungkapkan, masyarakat membutuhkan taman kota rindang."Jadi memang harus diperbanyak taman kota,untuk paru – paru kota dan sebagai tempat rekreasi murahh,jangan selalu membangun pusat perbelanjaan," kata jurnalis nasional ini.
Membangun kota, sela Didi, harus mengacu kepada karakter kota. "Kalau sungai banyak, kenapa sungai tidak diperhatikan," kata pria yang juga mantan aktivis mahasiswa ini.
Sementara itu, Ketua DPRD Kota Banjarmasin Iwan Rusmali mengatakan banyak kriteria yang harus dipenuhi pemimpin kota Banjarmasin ke depan, di antaranya mengetahui karakteristik kota ini bahwa Banjarmasin adalah kota tua.
“Yang terpenting, pemimpin nanti bisa mencarikan dana untuk pembangunan kota dan bukan hanya mengandalkan APBD ,sebab anak kecil juga bisa jika menggunakan APBD, namun hendaknya  bisa melalui investor,” kata politisi gaek ini.
Dia mengatakan, untuk menata Kota Banjarmasin yang notaben-nya adalah kota tua ini tidaklah mudah ,diperlukan pemimpin yang memiliki gagasan dan  inisiatif untuk membangunnya.
Sementara itu, Ketua Intakindo Kalsel, Subhan Syarief memaparkan pemimpin ke depan harus bisa menentukan kota ini mau di bawa kemana dan menjadikan segala hambatan yang ada menjadi potensi. 
“Tidak bisa kita pungkiri jika Banjarmasin adalah kota perdagangan dan jasa, namun  di negara lain sungai bisa menjadi potensi. Nah kita juga bisa melakukan hal tersebut jika digarap dengan maksimal,” jelas arsitek ini singkat.
Hal senada diyakini mantan anggota DPRD Kalsel, Anang Rosadi Adenansi. Menurut dia,  jika bercermin dengan pembangunan yang ada saat ini, pembangunan di kota Banjarmasin sangat tidak efisien. Dirinya mencontohkan, pembangunan menara pandang yang menghabiskan puluhan miliar dirasa sangat tidak bermanfaat.
Tidak hanya sampai disitu, calon anggota DPD yang gagal di Pemilu 2014 lalu ini mengatakan, saat ini pembangunan rumah toko (Ruko) yang sangat menjamur juga sudah di luar ketentuan diman mereka membangun lebih tinggi dari jalan. “Efek yang kita rasakan ya seperti jalan yang tergenang air jika musim hujan tiba. inilah pekerjaan rumah para pemimpin kita ke depan sehingga bisa menata menjadi lebih baik lagi,” bebernya.
Setali tiga uang, pakar perkotaan Ir Bahtiar Noor Gradif menegaskan  jika menginginkan pemimpin hendaknya seperti Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, maka bakal calon ke depan harus berpikir bahwa menjadi walikota bukan untuk mencari jabatan namun untuk pengabdian kepada masyarakat. “Inilah salah satu kesamaan dari Wali Kota Surabaya dan Bandung. Kita tentu berharap Wali Kota Banjarmasin bisa juga seperti ini,” imbuhnya.(MN)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

WARGA ADHYAKSA GREBEK OKNUM ANGOTA DPRD BANJARMASIN

PT. MBN Diduga Sebagai Penadah Batu Bara Ileggal

Perwira Polda Kalsel Bergeser